Mediatani – Kementerian Kelautan dan Perikanan berkomitmen untuk terus fokus mengembangkan perikanan budidaya. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menggenjot produksi budidaya ikan laut, seperti yang telah berhasil dilakukan oleh Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam.
BPBL Batam saat ini telah berhasil memproduksi massal benih bawal bintang hybrid. Keberhasilan tersebut membuktikan bahwa saat ini status pengembangan teknologi perbenihan kian dinamis untuk memproduksi benih unggul.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengapresiasi sekaligus bangga atas pencapaian BPBL Bata mini. Menurutnya, selain mampu menyokong produksi perikanan budidaya nasional, salah satu UPT DJPB ini juga diharapkan dapat menjadi inkubator bisnis yang dapat menjadi penggerak ekonomi di wilayahnya.
Selain itu, UPT juga harus mampu menjadi pusat pelayanan dan penyebaran teknologi di daerah serta dapat memberikan solusi di saat masyarakat memerlukan sebagai wujud hadirnya pemerintah di tengah masyarakat.
Slamet menjelaskan bahwa benih bawal bintang hybrid ini merupakan hasil perkawinan silang (cross breeding) yang dilakukan antara induk betina bawal emas dengan induk jantan bawal bintang.
“Saya mengusulkan kepada Bapak Menteri Trenggono, benih bawal bintang hybrid ini nantinya diberi nama “Bawal Sakti” dan beliau menyetujui. Akan segera dibuatkan naskah akademiknya dan diusulkan kepada Kepala BRSDM KP untuk dilakukan pengujian terhadap komoditas tersebut,” terang Slamet.
Slamet menambahkan bahwa potensi pasar ikan Bawal Bintang saat ini juga cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Oleh karena itu, dia menilai langkah untuk mengembangkan usaha budidaya Bawal Bintang masih terbuka untuk terus dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
“Atas inovasi teknologi ini diharapkan kedepannya mampu dibudidayakan di daerah lain juga. Agar produksinya bisa terus ditingkatkan,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Trenggono saat melakukan kunjungan kerja di BPBL Batam (9/3), menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai berbagai macam sumber daya ikan laut, salah satunya jenis ikan bawal bintang. Dan kegiatan budidaya merupakan salah satu upaya untuk pemenuhan produksi ikan laut di Indonesia.
“Saya apresiasi dengan BPBL Batam yang telah berhasil dengan inovasi terbarunya yakni mampu memproduksi massal benih bawal hybrid, dan saya setuju nantinya benih bawal bintang hybrid ini diberi nama ‘Bawal Sakti’,”ungkap Menteri Trenggono.
Menurutnya, saat ini perikanan budidaya mendapat perhatian dari Bapak Presiden Joko Widodo. Untuk itu, Presiden Jokowi memberi mandate kepada KKP untuk mengoptimalkan potensi produksi perikanan budidaya itu.
Adapun cara untuk menggali potensi itu yaitu dengan mengembangkan perikanan budidaya. Sektor perikanan Indonesia sendiri memiliki beberapa aspek pembangunan, yaitu terdiri dari teknologi yang menjadi motor, lingkungan, sosial ekonomi dan pasar, yang menjadi pertimbangan komoditas unggulan.
Selain itu, keterlibatan stakeholder dalam perikanan budidaya juga sangat berperan penting untuk mencapai kesejahteraan para pelaku usaha budidaya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk merealisasikan itu, yaitu dengan mendorong serta memaksimalkan keberadaan unit pelaksana teknis (UPT).
“Agar menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat dan negara. Karena, produktivitas UPT tidak sebatas pelayanan tapi juga menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat dan negara,” ujar Menteri Trenggono.
Menteri Trenggono berharap, benih unggu dari hasil inovasi teknologi UPT DJPB dapat menjadi benih yang memiliki pertumbuhan yang cepat, adaptif lingkungan serta nantinya dapat meningkatkan produksi secara signifikan.
Ditargetkan, lanjutnya, inovasi bawal bintang hybrid ini bisa dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, apalagi di Kepulauan Riau (Kepri) ini memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan daratan, dan lokasinya juga sangat dekat dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia serta memiliki potensi yang sangat besar di sektor perikanan laut, seperti halnya bawal bintang.
“Permintaan bawal bintang dari kedua negara tetangga tersebut cukup tinggi. Dengan keanugerahan potensi budidaya laut yang luar biasa di Kepri, mari kita semua bersama-sama berkomitmen membangun lebih optimal lagi untuk sektor perikanan budidaya di wilayah ini,” papar Menteri Trenggono.
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Toha Tusihadi, menjelaskan, salah satu kelebihan Bawal bintang yang diproduksi itu telah terbukti mampu beradaptasi dari habitat alaminya di daerah sub tropis ke lingkungan perairan Indonesia serta dapat dikembangkan pada kisaran salinitas yang lebih lebar (antara salinitas 19 ppt sampai dengan 34 ppt).
Sedangkan fenotip dari bawal emas diharapkan akan muncul pada benih turunannya adalah warna keemasan yang terdapat pada permukaan tubuh ikan, daging yang lebih tebal serta karakteristik morfologi siripnya. Bawal hybrid ini juga diharapkan muncul dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan Bawal Emas.
“Proses hibridisasi ini tentu diharapkan akan mampu memperbaiki performance ikan bawal bintang baik dari sisi pertumbuhan maupun kualitas produk. Jadi, kelebihan-kelebihan fenotip bawal emas menyebabkan ikan tersebut lebih diminati di pasar internasional dibandingkan dengan bawal bintang,” ungkapnya.