Nasib Malang Pak Hartoyo, Tertipu Orderan 150 Tandan Pisang

  • Bagikan
Orderan fiktif pisang kepok dan pisang ambon di Kendal

Mediatani – Sungguh kasihan Pak Hartoyo Susilo (35) warga Wonosobo, Jawa Tengah, ia tertipu orderan pisang yang mengatasnamakan warga sebuah desa di Kendal pada jumat (17/7/20).

Pisang kepok dan pisang ambon yang sebanyak 150 tandan dibawanya dari Kecamatan Leksono menggunakan mobil pick up tak bisa diturunkan di lokasi. Hartoyo kemudian menceritakan awal mula musibah yang membuatnya kecewa itu. 

Katanya Ia sempat bingung harus menjual pisang itu ke mana lantaran warga di alamat tersebut mengaku tidak pernah order dagangannya.

“Awalnya sekitar 5 hari lalu ada yang order pisang melalui Whatsapp. Minta (pisangnya) dikirim ke Kendal,” terang Hartoyo, Sabtu (18/7/2020).

Hartoyo yang melihat ada orderannya masuk, kemudian membalas pesan tersebut dan langsunh menjalin komunikasi dengan pemesan. 

Pemberi order mengaku warga Kendal meminta kiriman pisang kepok hingga puluhan tandan. Namun, Hartoyo tak menyanggupinya lantaran stok pisang kepoknya tinggal 25 tandan.

Bahkan, si pemesan menjanjikan pembayaran yang tinggi jika jumlah stok yang dimintanya dapat terpenuhi.

“Sudah saya bilang ada 25 tandan saja. Dia (pemesan) tetap minta dikirim. Terus dia tanya, ‘Kalau dikirim ke Kendal harus berapa banyak?”

Pak Hartoyo menjawab bahwa dirinya hanya bisa memenuhi minimal 100 tandan selama lima hari. Si pemesan pun akhirnya menyepakati.

Selama lima hari, Hartoyo akhirnya bisa mengumpulkan lebih dari 100 tandan. Ia kemudian mengabari pemesan perihal stok yang sudah ada.

Setelah tawar menawar, Hartoyo diminta mengirimkan 150 tandan yang terdiri atas pisang kepok dan sebagian pisang ambon. Hartoyo dijanjikan dibayar Rp 9 juta-Rp 10 juta sebagai harga beli plus biaya ganti bensin.

Si pemesan juga mengirimk foto KTP dan lokasi pengiriman via Google Maps di Whatsapp. Ia juga berjanji akan mentransfer uang jadi lebih dahulu. Sayang, Hartoyo yang telanjur percaya meminta uang dibayar sekaligus saja.

Hartoyo tetap berprinsip untuk menjual pisangnya kepada pelanggan yang serius. “Nah dia terus meyakinkan saya dengan menjanjikan transfer uang dulu. Saya bilang, ‘Sudah dihitung di sana saja nanti dibayar di lokasi. ‘ Saya kemudian dikirimi foto KTP,” katanya.

Setelah keduanya sepakat, Hartoyo menata pesanan pisangnya pada Kamis (16/7/2020) malam. Dia berangkat ke lokasi pengiriman pada tengah malam agar bisa sampai pagi hari.

Sebelum berangkat, Hartoyo sempat mengirim pesan singkat beserta foto kepada pemesan untuk memberitahukan dirinya yang akan membawa pisang menggunakan mobil pick up.

“Saat itu dibalas, ‘Hati-hati.’ Baru saya sampai sekitar pukul 05.00 pagi dekat dengan titik lokasi,” terangnya.

Disaat itulah, Hartoyo yang menelepon dan mengirimi pesan singkat kepada pemesan namun tidak ada jawaban.

Ia pun menanyakan rumah pemesan sesuai KTP kepada warga sekitar. Setelah sampai di depan rumah yang dicari, seorang laki-laki dewasa justru keluar menegur Hartoyo yang hendak menurunkan pisang dari pick up.

“Saya kaget, ada bapak-bapak disusul perempuan sepertinya istrinya, keluar dan bicara nada tinggi. Minta saya jangan menurunkan pisang itu. Kata dia anaknya tidak pernah pesan sama sekali. Saya diajaknya duduk, saya bingung di situ. Si bapak tidak mau menerima pisangnya dan meminta saya lapor ke Polda Jawa Tengah,” jelasnya.

Hartoyo mengaku sudah berusaha meyakinkan pria tersebut dengan menunjukkan pesan WA beserta KTP yang dikirimkan. Begitu pula pemilik rumah menunjukkan HP milik sang anak sementara anaknya tak keluar rumah.

Bingung disertai marah karena merasa dipermainkan, Hartoyo akhirnya pergi membawa pisangnya. Dia sempat memposting dagangan ini di beberapa grup Facebook dengan harapan ada yang mau membelinya.

Unggahan itu juga dikirimkan ke grup-grup Whatsapp yang ia ikuti. Grup-grup ini rata-rata merupakan kelompok para pelaku niaga.

“Malahan di salah satu grup, saya di-bully. Dibilang saya yang tukang tipu, posting hanya untuk mencari simpati supaya dagangan laku. Tidak habis pikir kan kenapa kok saya yang dibilang tukang tipu,” ceritanya.

Bully-an itu membuat dia merasa semakin marah, kecewa, dan bingung. Hartoyo hanya berpikir bagaimana caranya menjual pisang agar tetap laku sebelum pulang.

Jangan sampai dia kembali ke Wonosobo membawa pisang 150 tandan. Ia akhirnya menghubungi saudara sesama saudagar hasil bumi di Singorojo, Kendal.

Sebagian pisang kepoknya kemudian dibeli saudaranya tersebut. Di pick up masih tersisa sebagian pisang kepok lain dan pisang ambon.

Hartoyo kemudian bergegas ke Temanggung menawarkan sisa dagangannya ke saudara lain hingga Jumat malam. Dalam perjalanan, dia berharap prinsip niat dagang untuk mencari relasi saudara tersebut membuahkan berkah bagi diri dan keluarganya.

“Kejadian ini pertama kali saya alami. Kecewa, sempat marah, dan sedih pasti ada. Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi teman-teman pedagang lain yang berjualan melalui medsos atau online. Semoga tidak terulang lagi di kemudian hari sehingga tak ada pihak yang dirugikan,” jelas pedagang hasil bumi yang sudah berjualan lima tahun terakhir ini.

Sumber: tribunjateng

  • Bagikan